1. Teori Planetisimal
Berdasarkan teori planetesimal tata surya terbentuk dari sebuah bintang yang lewat cukup dekat dengan matahari, di saat awal pembentukan matahari. Kedekatan tersebut membuat tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari.
Pengaruh dari gravitasi bintang membentuk dua lengan spiral matahari yang berbentuk memanjang. Sebagian materi tertarik kembali dan sebagian lain akan tetap berada di orbit. Bagian yang berada di orbit akan mendingin dan memadat, dan menjadi planetisimal yaitu benda-benda dengan ukuran kecil dan yang berukuran besar disebut dengan protoplanet. Objek-objek tersebut kemudian saling bertabrakan dari waktu ke waktu sehingga membentuk planet dan bulan, sedangkan sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.
2. Teori Pasang Surut Bintang
Menurut teori pembentukan tata surya ini bahwa planet terbentuk karena mendekatnya bintang lain ke arah Matahari. Kedunya saling bertabrakan menyebabkan tertariknya sebagian besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut yang dimiliki oleh kedua benda tersebut. Kemudian terkondensasi menjadi planet. Teori ini dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Akan tetapi dipatahkan oleh seorang astronom bernama Harold Jeffreys tahun 1929 yang menyatakan bahwa tabrakan mengenai hal itu tidak mungkin terjadi, yang kemudian diperkuat oleh pernyataan Henry Norris Russell.
3. Teori Bintang Kembar
Berdasarkan teori bintang kembar bahwasanya dahulu kala tata surya ini terdiri dari dua bintang yang memiliki ukuran yang hampir sama dan letaknya berdekatan dimana salah satunya meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Adanya gravitasi dari bintang yang tidak meledak tersebut membuat serpihan-serpihan tersebut mengelilinginya. Terori ini dicetuskan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1959.